PENINGKATAN PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF PADA PEMBELAJARAN MENULIS MEMO DENGAN METODE ANALISIS SINTAKTIS SISWA KELAS VII SEMESTER KEDUA SMP NEGERI 2 NGIMBANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Makalah ini Ringkasan dari PTK yang lolos presentasi di Kemdikbud Jakarta untuk Kenaikan Pangkat ke IV d

  1. Pendahuluan

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang harus dikuasai oleh semua siswa di sekolah. Baik bahasa resmi maupun bahasa tidak resmi.  Penggunaan bahasa Indonesia tidak resmi sudah tidak disangsikan lagi karena anak-anak kecil yang belum sekolah pun sudah diajari  menggunakan bahasa Indonesia oleh orang tuanya. Bahasa mereka adalah bahasa sehari-hari, bahasa pergaulan. Mereka sudah lancar menggunakan bahasa Indonesia. Kelancaran penggunaan bahasa Indonesia tersebut memudahkan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (2007:1) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran bahasa Indonesia bagi peserta didik agar memiliki kemampuan: (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, (2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, (3) memahami bahasa Indonesia dan menggunakan dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, (4)  menggunakan bahasa Indonesia  untuk eningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, (5)  menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahsa, (5) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Berdasarkan itu, pembelajaran bahasa Indonesia ditekankan pada kemampuan siswa dalam berbahasa,  baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Penggunaan bahasa tersebut di dalamnya memperhatikan  bahasa yang efektif, bahasa yang komunikatif, beretika, mempunyai rasa bangga, kreatif, meningkatkan budi pekerti, berbudaya, dan santun

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas, bahasa tidak resmi sudah tidak disangsikan lagi, tetapi penggunaan bahasa Indonesia resmi masih mengalami kendala yang cukup serius. Para siswa banyak yang terpengaruh bahasa lisan, bahasa sehari-hari padahal bahasa yang diikuti dalam kehidupan sehari-hari tersebut, tidak semuanya  berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang benar. Guru sebagai pendidik di kelas selalu menjumpai kesalahan-kesalahan berbahasa. Kesalahan tersebut dapat mengakibatkan salah pengertian bagi peserta didik lainnya, akhirnya terjadi kekacauan dalam berbahasa Indonesia.

Karena seringnya siswa mengalami kekacauan  dalam berbahasa resmi tersebut, guru  mendata kompetensi dasar bahasa Indonesia yang berkaitan dengan penggunaan bahasa resmi tersebut. Penggunaan bahasa resmi selalu ditandai dengan penggunaan bahasa yang benar dan efektif.   Dalam Kurikulum berbasis Kompetensi, terutama Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia banyak  KD yang bersyarat kalimat efektif. Pada kelas VII SMP, Kompetensi dasar yang mengandung  pilihan kata dan bahasa yang efektif ada empat KD, di antaranya adalah:  2.1 menceritakan pengalaman  yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif (keterampilan berbicara),  4.3 Menulis teks pengumuman dengan bahasa yang efektif, baik, dan benar (keterampilan menulis),  10.2 Bertelepon dengan kalimat yang efektif dan bahasa yang santun,  12.2 Menulis pesan singkat sesuai dengan isi, dengan menggunakan kalimat efektif dan bahasa yang santun. (keterampilan menulis). Keempat kompetensi dasar tersebut mengsyaratkan bahwa siswa kelas VII harus mampu menggunakan bahasa efektif dalam berbahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulis.

Pengalaman guru dalam pembelajaran keterampilan berbicara, dari  175 siswa kelas VII tidak ada satu pun siswa yang mempu menggunakan bahasa Indonesia yang berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang benar, dalam ini menggunakan bahasa yang efektif. Guru dalam pembelajaran di kelas VII  pada tahun yang lalu menglami kesulitan pembelajaran kalimat efektif dalam keterampilan berbicara, terutama kompetensi dasar  menceritakan pengalaman yang mengesankan, dan bertelepon, menulis pesan singkat dan menulis pengumuman.

Berdasarkan pengalaman itu, guru menggunakan urutan KD yang diawali dari keterampilan menulis kemudian dilanjutkan keterampilan berbicara dengan menggunakan  metode analisis sintaktis. Metode ini diyakini oleh guru bisa meningkatkan pembelajaran siswa dalam menggunakan bahasa efektif bahasa Indonesia. Adapun judul penelitian tindakan kelas ini adalah Peningkatan Penggunaan Kalimat Efektif pada Pembelajaran Menulis Memo dengan Metode Analisis Sintaktis Siswa Kelas VII Semester 2 SMP Negeri 2 Ngimbang Tahun Pelajaran 2010/2011.

 

  1. Permasalahan
  2. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas, bahasa tidak resmi sudah tidak disangsikan lagi, tetapi penggunaan bahasa Indonesia resmi masih mengalami kendala yang cukup serius. Para siswa banyak yang terpengaruh bahasa lisan, bahasa sehari-hari padahal bahasa yang diikuti dalam kehidupan sehari-hari tersebut, tidak semuanya berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang benar. Guru sebagai pendidik di kelas selalu menjumpai kesalahan-kesalahan berbahasa. Kesalahan tersebut dapat mengakibatkan salah pengertian bagi peserta didik lainnya, akhirnya terjadi kekacauan dalam berbahasa Indonesia.

Karena seringnya siswa mengalami kekacauan  dalam berbahasa resmi tersebut, guru  mendata kompetensi dasar bahasa Indonesia yang berkaitan dengan penggunaan bahasa resmi tersebut. Penggunaan bahasa resmi selalu ditandai dengan penggunaan bahasa yang benar dan efektif.   Dalam Kurikulum berbasis Kompetensi, terutama Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia banyak  KD yang bersyarat kalimat efektif. Pada kelas VII SMP, Kompetensi dasar yang mengandung  pilihan kata dan bahasa yang efektif ada empat KD, di antaranya adalah:  2.1 menceritakan pengalaman  yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif (keterampilan berbicara),  4.3 Menulis teks pengumuman dengan bahasa yang efektif, baik, dan benar (keterampilan menulis),  10.2 Bertelepon dengan kalimat yang efektif dan bahasa yang santun,  12.2 Menulis pesan singkat sesuai dengan isi, dengan menggunakan kalimat efektif dan bahasa yang santun. (keterampilan menulis).

 

  1. Dampak Positif

Adapun dampak positif  penelitian yang berjudul Peningkatan Penggunaan Kalimat Efektif pada Pembelajaran Menulis Memo dengan Metode Analisis Sintaktis. terhadap mutu pendidikan adalah: (1)  Para siswa mau berekplorasi secara mandiri dalam mencari materi kalimat efektif sesuai dengan keinginannya dapat  memahami kompetensi dasar dengan maksimal bahkan siswa tersebut mampu membimbing siswa lain dengan memberikan berbagai argumentasi, (2) Siswa  menganalisis kalimat efektif dalam memorandum dengan cara berdiskusi dapat memberikan manfaat yang besar bagi para siswa karena siswa yang belum mengerti akan tahu dan berani bertanya pada temannya sendiri, (3) Mendorong siswa untuk belajar sepanjang hayat. (4) Guru selalu memberi langkah-langkah pembelajaran dalam setiap PBM, (5) Guru selalu membimbing siswa dalam menyimpulkan di akhir pembelajaran.

  1. Pembahasannya:

Berdasarkan hasil penelitian,  peneliti  membahas hasil tersebut berdasarkan pada pengalaman dan beberapa teori pembelajaran yang dipahami oleh peneliti, baik dari  rujukan buku maupun dalam seminar atau lokakarya  sebagai bukti pertanggungjawaban terhadap penelitian tindakan kelas tersebut. Adapun pembahasan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu (1) persiapan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran, (3) penilaian

  • Persiapan Pembelajaran

Temuan pertama, guru  wajib membuat perangkat pembelajaran. Dalam temuan ini membuktikan bahwa perangkat pembelajaran sangat membantu guru dalam membimbing siswa. Guru sudah tidak mencari-cari lagi referensi yang membahas tentang materi itu. Selain itu, guru bisa terarah pada tujuan dan indikator yang akan dicapai oleh siswa karena semua tindakan/perbuatan guru dan siswa dibatasi oleh tujuan dan indikator tersebut.

  • Pelaksanaan Pembelajaran
    • Kegiatan Pendahuluan

Temuan  pertama, dalam melakukan tindakan pembelajaran guru perlu mempersiapkan waktu dengan secermat mungkin. Temuan ini membuktikan bahwa penentuan waktu setiap langkah-langkah pembelajaran dalam skenario pembelajaran yang tepat akan menghasilkan belajar siswa secara maksimal. Berdasarkan hasil penelitian ini, waktu yang digunakan untuk kegiatan pendahuluan tidak lebih dari lima belas menit dengan pembagian waktu yang paling banyak pada kegiatan tanya jawab, setelah itu, kegiatan langkah-langkah pembelajaran.

Temuan  kedua, tanya jawab dalam kegiatan pendahuluan harus berkaitan dengan kompetensi dasar yang akan diajarkan.Temuan penelitian ini membuktikan bahwa pertanyaan guru yang berkaitan dengan materi yang sudah dibahas dan materi yang akan dibahas membantu siswa dalam mendalami kompetensi dasar yang akan diajarkan. Menurut Hatika (2010:9) pembelajaran yang sudah diberikan perlu diberi penugasan terstruktur dengan tujuan siswa akan mengerjakan tugas tersebut dan tugas itu nantinya berkaitan dengan kompetensi dasar yang akan dipelajari. Hal ini jika dilakukan guru akan membantu siswa dalam memahami kompetensi dasar tersebut.

Temuan ketiga, langkah-langkah pembelajaran perlu disampaikan oleh guru. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa dengan petunjuk yang berupa langkah-langkah pembelajaran akan mempercepat siswa menemukan apa yang diinginkan oleh kompetensi dasar tersebut. Siswa bisa mencari referensi berdasarkan pada langkah pembelajaran tersebut. Akhirnya siswa bisa berekplorasi ke mana saja. Siswa bisa membaca buku pelengkap, buku paket, internet dan sebagainya untuk menemukan apa yang diingin pada langkah-langkah pembelaran tersebut.

  • Kegiatan Inti

Temuan pertama, kegiatan eksplorasi dalam menganalisis kalimat efektif perlu pembimbingan. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa para siswa yang mau berekplorasi secara mandiri dalam mencari materi kalimat efektif sesuai dengan keinginannya dapat  memahami kompetensi dasar dengan maksimal bahkan siswa tersebut mampu membimbing siswa lain dengan memberikan berbagai argumentasi. Hal ini jika dilakukan terus-menerus oleh guru akan membuat siswa lebih mandiri dan akhirnya pendidikan sepanjang hayat akan terwujud.

Temuan kedua,  kegiatan elaborasi dalam menganalisis kalimat efektif  perlu dilakukan secara diskusi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa menganalisis kalimat efektif dalam memorandum dengan cara berdiskusi dapat memberikan manfaat yang besar bagi para siswa karena siswa yang belum mengerti akan tahu dan berani bertanya pada temannya sendiri. Hal berbeda dengan penjelasan guru. Para siswa yang belum mengerti tidak berani bertanya pada guru maupun pada siswa. Pembelajaran seperti ini perlu dibudayakan karena bisa juga meningkatkan keberanian siswa dalam bertanya dan menambah kepercayaan para siswa bahwa mereka mampu mencari dan memahami pengetahuan bersama dengan para temannya. Selain itu, kegiatan ini bisa menumbuhkan pendidikan karakter siswa. Rasa kebersamaan, gotong royong, saling menghargai, kejujuran ada dalam pembelajaran berelaborasi ini.

Temuan ketiga, kegiatan konfirmasi dalam menganalisis kalimat efektif perlu dilakukan dengan cara memberi referensi pada siswa. Hasil penelitian ini membuktikan penguatan yang diberikan kepada siswa ternyata dapat mendorong para siswa belajar sepanjang hayat. Para siswa banyak yang penasaran pada materi pelajaran yang dibahasnya. Pada penelitian ini materi berkaitan dengan kalimat efektif dalam memorandum. Hal seperti itu terjadi karena guru menunjukkan buku-buku sebagai referensi untuk menjawab tantangan yang belum diketahui dalam pembelajaran kalimat efektif tersebut.

  • Kegiatan Penutup

Temuan pertama, menyimpulkan kegiatan dilakukan dengan cara bersama-sama antara guru dan siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para siswa VII masih mengalami kesulitan dalam menyimpulkan kegiatan secara mandiri. Ini terbukti dalam penelitian ini siswa lebih cepat dan terarah jika menyimpulkan kegiatan dilakuakn secara bersama-sama dengan bimbingan secara langsung dari guru. Kesimpulan seperti ini ternyata hanya terjadi pada awal kegiatan menyimpulkan saja. Setelah itu, siswa bisa menyimpulkan secara bersama-sama.

Temuan kedua, penugasan terstruktur harus diintegrasikan dengan materi yang sudah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari. Temuan ini membuktikan bahwa tugas terstruktur yang terintegrasi dengan beberapa keterampilan dan selalu berkaitan dengan KD yang akan dipelajari bisa mempercepat kompetensi dasar yang akan dipahami. Karena demikian, setiap guru perlu mengadakan analisis dan pemetaan KD untuk dibuat dalam program semester supaya materi yang satu berkaitan dengan materi yang lain sehingga akan mempermudah memberi tugas terstruktur.

  • Penilaian

Temuan  pertama, hasil pembelajaran siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Hasil penelitian ini menunjukkan aanya kenaikan angka hasil belajar. Pada akhir siklus II, tidak seorang siswa pun  yang memperoleh nilai kurang dari KKM (lihat lampiran). Menurut peneliti dan kolaborator yang berperan serta dalam penelitian, hasil tes tersebut lebih baik  dari hasil  tes siswa tahun-tahun sebelumnya, meskipun pembandingan tersebut tepat. Namun demikian, kenyataan bahwa  pada akhir siklus II tidak ada seorang siswa pun yang memperoleh nilai di bawah KKM, hal tersebut merupakan hasil yang patut disyukuri dan dibanggakan. Yang lebih menggembirakan lagi adalah  pernyataan spontan siswa yang mengisyaratkan rasa senang mereka  melakukan pembelajaran yang melibatkan mereka  secara aktif dengan menggunakan analisis sintaktik.

Temuan  kedua,  hasil nilai akademik siklus I dan siklus II secara keseluruhan meningkat. Bukti dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel  Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II

 

No. Kelas Siklus % Kenaikan
I II
1. VII A 72 86 14 %
2. VII B 62 81 19 %
3. VIIC 57 88 31 %
Nilai Rata-rata 64 85 21 %

 

Berdasarkan tabel tersbut nilai rata-rata penelitian tindakan kelas pada kelas VIIA, VIIB, dan VIIC meningkat. Dari sikllus I bernilai rata-rata 64 dan siklus II bernilai rata-rata 85 maka kenaikan nilai rata-rata  ke siklus II adalah  21 %, sedangkan nilai rata-rata di atas KKM adalah 15 %. Dengan demikian penelitian ini berakhir pada siklus II.

 

  1. Peningkatan Pembelajaran Membaca Cepat dengan Metode Membaca Frase Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Ngimbang

Pembahasannya:

Pembahasan  hasil penelitian ini difokuskan pada  hasil yang telah dideskripsikan dan dikaetkan dengan teori-teori yang  menjadi acuan. Karena penelitian ini difokuskan  pada peningkatan kemampuan membaca cepat dengan metode membaca frase maka tiap baasan juga berkaitan dengan tahapan membaca cepat yang berupa pra-membaca, saat-membaca, dan pasca-membaca. Selain itu, peneliti membahas juga bersadarkan masalah penelitian.

Berdasarkan temuan hasil penelitian yang dikaetkan dengan masalah penelitian maka pembahasan penelitian ini dilakukan dengan melihat temuan penelitian. (1) pembelajaran untuk meningkatkan membaca cepat dengan metode membaca frase pada tahap pra-membaca, (2) pembelajaran untuk meningkatkan membaca cepat dengan metode membaca frase pada tahap saat-membaca, (3) pembelajaran untuk meningkatkan membaca cepat dengan metode membaca frase pada tahap pasca-membaca.

 

4.1  Pembelajaran untuk Meningkatkan  Membaca Cepat dengan Metode MF pada Tahap Pra-Membaca

Pada tahap ini dibahas  bagian-bagian yang ada dalam kegiatan pendahuluan (pra-membaca cepat). Temuan-temuan pada tahap pra-membaca cepat sebagai berikut.

Temuan penelitian pertama, guru memotivasi siswa untuk membaca cepat. Temuan ini menunjukkan bahwa anak yang sebelum membaca cepat diberi motivasi guru dengan cara memberikan contoh orang yang sudah berhasil dalam membaca cepat menambah gairah belajar anak, misalnya  para ilmuwan, para cendekiawan yang terkenal selalu membaca cepat. Bahkan, guru memberi contoh pada orang-orang yang membaca surat kabar baik di rumah maupun di kantor. Rata-rata orang tersebut tidak lebih dari sepuluh menit membacanya, selesailah empat puluh halaman surat kabar  dibaca.  Selain itu, membaca cepat bermanfaat bagi siswa untuk memperoleh ilmu sebanyak-banyaknya. Hal ini sesuai pendapat Subiantoro (2004:2) bahwa membaca cepat tersebut  akan bermanfaat pada siswa karena siswa memiliki banyak waktu  untuk bisa mengakses, yang pada akhirnya  akan menambah pengetahuan siswa.

Temuan kedua, guru mengajukan pertanyaan  untuk  menggali pengetahuan siswa pada topik yang akan dibacanya.  Temuan ini menunjukkan bahwa dengan diberikan pertanyaan-pertanyaan  berkaitan dengan topik bacaan ternyata memberi semangat siswa untuk melakukan kegiatan membaca cepat dan mempermudah siswa dalam  menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan teks bacaan itu.  Temuan ini didukung oleh  Pearson (1085) dalam Burns (1996:215), yang menyatakan bahwa pertanyaan  pra-membaca  difokuskan untuk  memprediksi dan menghubungkan teks dengan pengalaman awal siswa. Untuk menghubungkan pengalaman awal siswa  dengan teks, guru bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan  tentang detil  yang dihubungkan dengan masalah-masalah, tujuan, usaha untuk mengatasi masalah, reaksi pelaku, penyelesaian dan tema.

Temuan ketiga,  guru  menyampaikan kompetensi dasar, tujuan dan materi pelajaran. Temuan ini menunjukkan bahwa dengan disampaikannya kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran dapat memfokuskan pembelajaran siswa. Para siswa dan guru menganalisis kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran tersebut. Di samping itu, pada pra-membaca guru lebih tepat membahas materi pokok yang akan dikuasai siswa baik berupa materi konsep, prosedur, maupun fakta. Temuan ini jika dibandingkan dengan siswa yang tidak diberitahukan  KD dan tujuan sebelum kegiatan inti sangat berbeda. Para siswa sebelumnya pada saat latihan membaca konseptual banyak mengalami kesalahan, tetapi setelah  disampaikan KD, tujuan, dan materi pokok nilainya meningkat.

Temuan penelitian pada pra-membaca yang dapat meningkatkan hasil membaca cepat adalah : (1) guru memotivasi siswa dengan cara memberikan contoh atau model orang lain, (2) guru bertanya jawab tentang topic bacaan yang akan dibaca sebagai pertanyaan awal untuk menautkan pengetahuannya dengan isi bacaan, (3) guru menyampaikan KD, indikator/tujuan pembelajaran dan materi pokok untuk memfokuskan apa yang harus dikuasai dalam pembelajaran tersebut.

4.2 Pembelajaran untuk Meningkatkan  Membaca  Cepat dengan Metode MF pada Tahap Saat-membaca

Pembahasan pada tahap inti pembelajaran atau pada saat-membaca difokuskan  pada temuan penelitian yang berkaitan dengan latihan ayunan visual, latihan membaca dengan ayunan visual, latihan membaca konseptual, penilaian membaca cepat, pemberian penguatan pada kegiatan saat-membaca.

Temuan pertama, guru melatih siswa membaca cepat dengan latihan ayunan visual. Latihan ini sangat membantu siswa dalam latihan secara  mekanik (gerak mata) karena para siswa selama sekolah berlum pernah dilatih secara langsung tentang pandangan mata pada saat membaca cepat. Para siswa sebelumnya, kepala  masih bergerak ke kiri ke kanan, komat kamit bibirnya saat membaca, bahkan selalu membaca keras  sehingga menggangggu siswa lain. Selain itu,  para siswa masih terbiasa membaca seperti itu berkecenderungan lama sekali membacanya dan sedikit sekali informasi yang diperolehnya. Temuan pada bagian ini,  siswa bisa menggerakkan matanya ke kanan dan ke kiri tanpa mengikutkan kepalanya bahkan membaca dengan cepat pandangan dari atas ke bawah. Latihan  pertama sampai dengan kelima pada siklus I  menunjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan bahkan mengatakan tidak ada hasilnya. Hal ini diketahui setelah latihan membaca ayunan visual. Pada latihan ayunan visual berikutnya, guru memberikan aba-aba melihat titik-titik pada media yang sudah disiapkan tersebut secara terus menerus selama lima menit. Akhirnya, latihan ini berhasil. Para siswa yang awalnya 95 % membaca dengan menggerakkan kepalanya, dan bersuara, ternyata setelah latihan ayunan visual berkurang menjadi  20 % . Temuan penelitian ini didukung oleh Harjasujana (1988:8.6) bahwa para siswa yang mau berlatih membaca cepat dengan  ayunan visual terbukti hasilnya sangat memuaskan.

Temuan kedua, guru melatih siswa membaca cepat dengan latihan membaca  dengan ayunan visual. Latihan ini dilakukan untuk memadukan gerakan mata yang sudah diterapkan pada latihan ayunan visual dengan kegiatan membaca.  Ini dilakukan supaya siswa membaca dengan cepat, yang tempat pandangan matanya sudah ditentukan oleh noktah-nokta (titik-titik)  di atas kelompok kata. Siswa langsung membaca ke kanan atau ke  kiri pada titik-titik tersebut. Latihan ini merupakan kelanjutan dari latihan ayunan visual. Latihan pada kegiatan  yang dapat meningkatkan hasil membaca cepat adalah latihan secara terus menerus tanpa melihat bagian belakang. Latihan ini mengggunakan media pembelajaran power point, yang berisi kelompok kata (frase) yang ditata ke bawah dengan frase yang mirip. Siswa tidak diperkenankan membaca kembali bagian yang sudah dilewatinya. Jika satu teks yang ada di media tersebut selasai dibaca dengan latihan membaca  ayunan visual ini guru bertanya kepada  siswa tentang isi bacaan itu. Pertanyaan-pertanyaan inilah yang mempercepat pemahaman siswa dalam membaca cepat. Pada siklus pertama dan kedua siswa bisa menjawab 50 % pertanyaan yang diajukan oleh guru setelah membaca dengan ayunan visual. Pada siklus III guru mengubah strategi bertanya, yang awalnya pertanyaan disampaikan setelah latihan membaca dengan ayunan visual, pada siklus ini pertanyaan secara tertulis diberikan siswa untuk dibaca, dipahami oleh siswa. Akhirnya latihan membaca cepat dengan ayunan visual ini hasilnya meningkat menjadi 80 % siswa berhasil menjawab dengan waktu yang sama dan bacaan berbeda.

Temuan ketiga, guru memberi latihan membaca konseptual. Latihan ini sudah pada situasi membaca sebenarnya. Siswa diberi lembaran teks bacaan tanpa diberi tanda apa pun. Siswa disuruh membaca dengan waktu satu menit setiap dua ratus kata.  Temuan ini menunjukkan ada peningkatan kemampuan membaca setelah siswa diberi latihan lima kali membaca konseptual. Pada siklus I latihan siswa membca konseptual kelas VII A, VII B, VII C, VII D,  dan VII B mencapai 54 %, pada siklus II latihan siswa membaca konseptual kelas VII A, VII B, VII C, VII D,  dan VII B mencapai 65 %, sedangkan pada siklus III latihan siswa membca konseptual kelas VII A, VII B, VII C, VII D,  dan VII B mencapai 72 %. Dengan demikian, latihan membaca konseptual siklus III yang paling berhasil meningkatkan membaca cepat siswa. Adapun strategi latihan yang dapat meningkatkan membaca cepat pada siklus III  adalah guru memfokuskan pikiran siswa pada topik bacaan sebelum membaca cepat dengan cara  menyampaikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan isi bacaan serta melatih siswa secara nyata pada kemampuan membaca cepat. Pada bagian ini, guru mengatur waktu latihan membaca konseptual  dengan ketentuan: latihan pertama waktunya lebih lama dibanding dengan latihan kedua. Pengaturan seperti itu dilakukan sampai latihan kelima. Pada latihan kelima, siswa sudah membaca cepat sesuai dengan ketentuan kurikulum, yakni setiap satu menit siswa menyelesaikan membaca 200 kata, saelesai membaca siswa diberi pertanyaan yang berkaitan dengan isi bacaan.

Temuan keempat, guru memberi penilaian hasil membaca cepat. Temuan ini menunjukkan bahwa, soal pilihan ganda lebih sulit dikerjakan siswa daripada soal uraian. Ini terbukti pada penilaian yang menggunakan soal pilihan ganda,  nilainya  lebih rendah jika dibandingkan dengan soal uraian. Hasil penilaian menunjukkan rata-rata ulangan harian membaca cepat pada siklus I dengan soal pilhan ganda  nilai UH kelas VII A, VII B, VII C, VII D, dan VII E mencapai 62 %, Siklus II dengan soal pilihan ganda rata-rata nilai UH mencapai 67 %, sedangkan pada siklus III dengan soal uraian mencapai 80 % dengan ketercapaian tiap kelas VII A mencapai 82 %, Kelas VII B mencapai 79 %, Kelas VII  C mencapai 78 %, kelas VII D mencapai 79 %, dan kelas VII E mencapai 80 %.  Selain itu, soal uraian dapat meningkatkan daya nalar siswa karena siswa menjawab pertanyaan setelah membaca cepat tersebut beragam.

Temuan kelima, guru memberi konfirmasi positif terhadap hasil siswa. Pada kegiatan ini guru dan siswa berbicara secara terbuka tentang hasil membaca cepat, mulai proses pembelajaran sampai penilaian. Temuan ini menunjukkan bahwa keterbukaan guru dalam memberi masukan siswa ternyata dapat menambah kekuatan positif pada siswa karena siswa yang sebelumnya tidak mau mengutarakan kesulitan belajar, pada tahap ini siswa menyampaikan kesulitan belajar. Begitu juga siswa yang berhasil membaca cepat berani menyampaikan pengalamannya kepada teman lain melalui tahap konfirmasi tersebut.

Dengan demikian tahap saat-membaca  yang dapat meningkatkan hasil membaca cepat adalah (1) guru melatih siswa membaca cepat dengan latihan ayunan visual dengan memandu pergerakan mata secara langsung secara cepat baik pandangan ke kiri maupun ke kanan, (2) guru melatih siswa membaca cepat dengan latihan membaca ayunan visual menggunakan media powerpoint, yang waktu membaca sudah diprogram sesuai dengan bukti nyata kecepatan membaca siswa. Latihan pertama dengan waktu yang lebih lama, latihan kedua waktunya dikurangi dan seterusnya. Setelah satu teks selesai dibaca, guru menguji daya ingat para siswa melalui pertanyaan-pertanyaan, (3) guru melatih siswa membaca cepat dengan membaca konseptual. Waktu yang digunakan latihan membaca juga berdasarkan kemampuan awal membaca cepat. Latihan pertama waktunya lebih lama jika dibandingkan dengan latihan berikutnya, (4) penilaian membaca cepat yang dapat meningkatkan hasil menggunakan soal uraian. Soal ini juga dapat meningkatkan daya nalar dan kreativitas siswa, (6) Setelah penilaian selesai, guru perlu memberikan konfirmasi kepada siswa. Konfirmasi yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah konfirmasi yang tulis, yang terbuka atau tidak dibuat-buat.

 

4.3 Pembelajaran untuk Meningkatkan  Membaca Cepat dengan Metode MF pada Tahap Pasca-membaca

 

Pembahasan pada bagian penutup pembelajaran atau pada pasca-membaca difokuskan  pada temuan penelitian yang berkaitan dengan kegiatan refleksi guru dan siswa, penyimpulan pembelajaran, dan perencanaan berikutnya. Temuan pada tahap ini sebagai berikut.

Temuan pertama, temuan ini berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan refleksi. Pada kegiatan ini guru dan siswa membahas apa yang sudah diperoleh dalam membaca cepat dan apa yang belum diperoleh dalam membaca cepat tersebut. Guru membuat pertanyaan  untuk membimbing siswa dalam kegiatan refleksi ini. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat meningkatkan kegiatan membaca cepat berupa pertanyaan tertulis. Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sesuai dengan kemampuan diri sendiri. Para siswa tidak mencantumkan identitasnya. Tujuannya agar para siswa  berani mengutarakan  semua yang diperoleh dalam pembelajaran membaca cepat tersebut.

Temuan  kedua, temuan ini berkaitan dengan menyimpulkan kegiatan membaca cepat. Pada saat menyimpulkan kegiatan membaca,  guru menggunakan berbagai cara mulai dari tugas siswa secara langsung tanpa bimbingan, guru menyimpulkan secara langsung, sampai pada membimbing siswa menyimpulkan kegiatan dengan pertanyaan terbimbing. Temuan dalam penelitian ini yang dapat meningkatkan hasil adalah guru membimbing siswa menyimpulkan kegiatan dengan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan yang sifatnya mengarahkan siswa pada penyimpulan kegiatan merupakan yang paling disenangi siswa dalam kegiatan ini.

Temuan  ketiga,  perencanaan kegiatan berikutnya. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan yang berkaitan dengan pembelajaran berikutnya dapat meningkatkan hasil jika siswa dilibatkan dalam penentuan indikator dan langkah-langkah pembelajaran atau strategi belajarnya.

Leave a comment

No comments yet.

Comments RSS TrackBack Identifier URI

Leave a comment

  • Calendar

    • March 2020
      M T W T F S S
       1
      2345678
      9101112131415
      16171819202122
      23242526272829
      3031  
  • Search